HomeBeritareligious_stream /  Iain Harus Bersih Dari Radikalisme
Iain Harus Bersih Dari Radikalisme PDF Print Email

Lebih lanjut, Kiai Maimun mengatakan, Islam tak pernah mengajarkan kebencian kepada orang lain, terlebih melakukan bom bunuh diri di masjid. Paham radikal yang muncul itu akan merusak citra Islam. “Indonesia sudah pas menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak perlu jadi negara Islam. Yang penting keislaman itu diterapkan dalam tata kehidupan sehari-hari dan mau hidup berdampingan dengan masyarakat luas,” ungkapnya.

Menanggapi maraknya perekrutan para mahasiswa dalam lingkaran NII, mantan teroris dan mujahid dari Malaysia, Nasir Abbas, menyatakan kurang sependapat. “Mahasiswa yang masuk NII adalah mahasiswa yang kurang cerdas,” tegasnya.

Harus Kritis

Jika mereka mau masuk NII, kata Nasir, pasti karena paham radikalnya sangat berlebihan dan belum memiliki Islam yang kuat. Untuk itu, ke depan, civitas academica seluruh perguruan tinggi Islam harus dijauhkan dari paham yang menyimpang.

Agar terhindar dari paham radikal, menurut dia, ada dua hal yang perlu dimiliki seseorang. Pertama, mahasiswa harus punya perasaan dan peka hati nuraninya. Termasuk dengan selalu bertanya kepada diri sendiri, mengapa harus membunuh? Mengapa harus percaya kepada orang yang merasa paling benar dan menganggap orang lain salah? Dengan pertanyaan itu, otomatis dia akan sadar dan keluar dari paham radikal yang merusak tatanan agama Islam.

Kedua, menurut Nasir, mahasiswa harus meningkatkan respons diri melalui sikap yang kritis kepada orang yang mengajak bicara. Atau, memberikan banyak pertanyaan kepada orang yang menjadi lawan bicara  sehingga menjadikannya tidak lolos kualifikasi untuk direkrut. “Alhasil, dia selamat dari ancaman perekrutan NII atau kalangan teroris,” ujar dia.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI, Prof Abdurrahman Mas’ud menuturkan, ideologi radikal punya banyak kelemahan, yang paling mendasar adalah sikap tertutup. “Jika orang Islam tertutup, pasti dijauhi orang. Untuk itu, perlu sekali menunjukkan Islam yang ramah,” tegasnya.

Pola pendidikan tinggi, kata Prof Rahman, harus humanis dan mengedepankan toleransi dan saling menghormati. “IAIN harus bangkit dalam mewujudkan Islam toleran dan sudah saatnya radikalisme yang merusak citra Islam, dihilangkan,” tegasnya

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.