Kapal 2010: Peacemaking Di Aceh Print

 

Kegiatan unggulan Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, ini memberikan wawasan dan pelatihan kepada 22 orang pemuda lintas agama asal Aceh dalam memahami anatomi konflik, mendeteksi dan menganalisa serta mengelola potensi konflik bernuansa etnoreligius di lingkungan terdekat mereka. Meski konflik berlatar belakang etnis dan agama tidak terlalu menonjol terjadi di Aceh, namun potensi keduanya ditengarai ada dan perlu diwaspadai. Para peserta pelatihan, misalnya, berhasil mengungkap beberapa permasalahan etnoreligius, seperti: adanya kekurang­intensifan komunikasi antar­lembaga kepemudaan dan/atau keagamaan, sehingga tidak jarang menimbulkan sikap saling curiga; perihal pendidikan agama dan keagamaan yang bagi sebagian umat masih bermasalah; dan sebagainya.

Terhadap masalah-masalah itu, sebagai kegiatan praktek dari FGD ini, mereka berencana melakukan sejumlah kegiatan dalam kerangka Participatory Action Research (PAR). Kelompok I berencana akan membuat suatu FGD serupa yang melibatkan para pemuda lintas agama di Banda Aceh untuk menyamakan persepsi tentang wawasan kebangsaan, etnoreligius, pluralisme, hingga pembentukan forum pemuda lintas agama dengan berbagai kesepakatannya. Kelompok II akan menggelar Temu Ramah seluruh stakeholders di bidang pendidikan agama dan keagamaan untuk membincang dan mencari jalan keluar bagi permasalahan pendi­dikan agama dan keagamaan di Banda Aceh. Sedangkan Kelompok III akan membuat Kompetisi Futsal antar organisasi pemuda di Banda Aceh, sebagai upaya mempertemukan seintensif mungkin para pemuda lintas agama/lintas organisasi di Banda Aceh. Keseluruhan kegiatan ketiga kelompok ini dinaungi dalam payung besar kegiatan bernama KaPAL 2010, yang merupakan singkatan dari Kreativitas Pemuda Aceh Lintas Agama.

Antusiasme peserta FGD ini didukung banyak pihak. Seperti dikatakan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NAD, Drs. H. A. Rahman TB, Lt, ketika menutup kegiatan ini, “Kami sangat berharap kegiatan pemuda seperti ini berlanjut terus, untuk menyatukan pemuda lintas agama di Aceh, demi terpeliha­ranya kerukunan antarumat beragama. Kami mendukung acara ini.” Demikian juga Ketua FKUB Provinsi NAD, Dr. H. Syamsul Rizal, M.Ag., sangat mendukung dan mengharapkan kegiatan generasi muda seperti ini ke depan dapat membantu upaya pemeliharaan kerukunan sebagaimana diemban FKUB saat ini. Memang, sadar atau tidak, upaya pemeliharaan kerukunan selama ini lebih banyak dilakukan oleh kalangan tua. Lihat saja, di sejumlah FKUB di hampir setiap provinsi dan kabupaten/kota, jarang sekali ditemukan anak muda di dalam keanggo­taannya. Padahal, potensi pemuda sebagai agen perdamaian dan kerukunan sangatlah besar.  Ayo KaPAL, berlayarlah… [ ]