Home /  Berita
Pendampingan terhadap Korban, Langkah untuk Tangani Kasus KDRT PDF Print Email

Cianjur, 16/06 (Puslitbang 1) - Cianjur memiliki potensi geografis dan alam yang indah, meskipun didalam keindahannya menyimpan banyak persoalan sosial seperti tingginya angka buruh migran, banyaknya kasus trafficking dan  berbagai persoalan keluarga. Karena itulah Cianjur dipilih sebagai salah satu venue kegiatan Workshop Peningkatan Wawasan dan Kemampuan Mubalighoh dalam Penanganan dan Pendampingan  Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).  Diharapkan melalui workshop ini, muballighah memperoleh wawasan lebih dalam mendampingi korban serta menangani kasus-kasus kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

Workshop di Hotel Sangga Buana Cipanas ini diselenggarakan selama empat hari mulai tanggal 12 s.d. 15 Juni 2012, dan merupakan kerjasama Puslitbang Kehidupan Keagamaan dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cianjur. Workshop dibuka oleh Kepala  Kankemenag Kabupaten Cianjur, H. Abu Bakar Sidik, M.Ag.

Sidik menyampaikan bahwa dengan adanya workshop ini diharapkan kasus KDRT di Kabupaten Cianjur dapat menurun, serta 30 orang peserta yang mengikuti workshop ini - terdiri dari muballighah, ustadzah, penyuluh, pimpinan ormas keagamaan, konselor BP4 - mampu mensosialisasikan, memberikan pemahaman dan melakukan pendampingan terhadap korban KDRT. Rencana tindak lanjut ke depan, salah satu peserta workshop ini akan diminta untuk menjadi pembicara pada kegiatan Diklat Kader Da’i Muda di Kabupaten Cianjur.

Key note speech  disampaikan oleh Dra. Maria Ulfa Anshor, M.Si yang merupakan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Materi dimulai dengan mengidentifikasi masalah kekerasan terhadap anak dan perempuan,  seputar problem dan tantangannya. Peserta sangat antusias mengikuti materi ini, terutama dalam mengetahui bagaimana prosedur jika ingin mengadukan kasus kekerasan terhadap anak ke KPAI. Maria Ulfa juga menyampaikan harapannya agar muballighah dapat menjembatani korban kasus KDRT, dengan melakukan mediasi dalam mendampingi korban KDRT.

Materi lain yang disampaikan dalam workshop ini di antaranya kesetaraan laki-laki dan perempuan,  realitas KDRT dan kesadaran kemanusiaan, KDRT dalam relasi suami isteri, Islam dan kekerasan terhadap anak/orang tua/pekerja rumah tangga, peran muballighah sebagai konselor. Para peserta workshop juga melakukan kunjungan ke  Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kab Cianjur, serta berdialog dengan istri bupati Cianjur  Hj. Yana Rosdiana, SH, MH, selaku ketua P2TP2A.

Workshop ini ditutup secara resmi oleh Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Bapak Prof. H. Abd Rahman Mas’ud, Ph.D. Kapuslitbang menyampaikan rasa gembira dengan telah terlaksananya kegiatan ini yang secara khusus ditujukan untuk memberikan wawasan, pengetahuan serta pengalaman kepada para peserta dalam menghadapi atau menangani kasus-kasus terhadap perempuan. Menurut Mas’ud, muballighah, ustadzah, penyuluh dan pimpinan ormas keagamaan memiliki peran yang strategis dalam menyampaikan pesan-pesan  moral kepada masyarakat melalui bahasa agama.  “Kami mengharapkan kepada peserta workshop ini untuk tidak berhenti sampai disini tetapi dapat mengimplementasikan pengetahuan yang sudah didapat dalam workshop ini, baik melalui sosialisasi dan memberikan empati dalam pendampingan persoalan KDRT dan melakukan sinergi dengan lembaga pelayanan pendampingan KDRT seperti P2TP2A”,  ungkap Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

 
Buku Nikah Ada, Keluarga Terjaga PDF Print Email

Medan, 21/06 (Puslitbang 1) - “Medan merupakan kota besar, peristiwa pernikahan setiap 1 bulan sekitar 1.300 bahkan lebih.  Di sini kami menetapkan slogan untuk KUA Medan yaitu Buku nikah ada, keluarga terjaga”.  Demikian pernyataan Kepala Kandepag Kota Medan Bapak H. Iwan Zulhamid, S.H, M.Ag, dalam pembukaan workshop Pengembangan Wawasan Keluarga Sakinah Perspektif Kesetaraan di Hotel Inna Dharma Deli Medan. Kepala Kankemenag menilai selama ini Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam pembentukan keluarga sakinah dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, seminar, workshop dan sebagainya. Namun, pihaknya merasa prihatin dengan masih banyaknya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan perceraian. Lebih lanjut H. Iwan menjelaskan, kasus perceraian di Medan juga meningkat terutama gugat cerai hingga 60%. Untuk itu beliau berharap para peserta bersedia mengikuti workshop ini secar aktif.

Kegiatan workshop di Hotel Inna Deli Medan ini diselenggarakan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 21 s.d 23 Juni 2012 dan diikuti oleh 30 orang peserta terdiri dari para penghulu, penyuluh, dan konselor BP4 se kota Medan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan bekerjasama dengan Perhimpunan Rahima dan Kankemenag Kota Medan.

Dr. Nur Rofiah dalam sambutannya mewakili Perhimpunan Rahima  mengucapkan terima kasih kepada Balitbang Kemenag atas kerjasamanya dalam workshop ini. Kegiatan ini sangat memberi nilai yang sangat positif dan berharga karena Rahima mendapatkan pengetahuan yang sangat kaya dari peserta workshop. Dalam kesempatan ini, Nur Rofiah juga mengenalkan Rahima dan program-programnya seperti pendidikan untuk guru Pendidkan Agama Islam yang tergabung  Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam  (MGMP PAI), pendidikan Ulama Perempuan dan pendidikan kesehatan reproduksi untuk komunitas pesantren.

Sementara itu, Sambutan Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI disampaikan oleh Dra. Hj. Kustini, M.Si. menjelaskan bahwa sebelum diadakan workshop terlebih dahulu diadakan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Balitbang dan Rahima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kota Medan kasus pernikahan dini relatif minim. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran hukum pernikahan masyarakat Kota Medan sudah cukup tinggi. Medan merupakan kota yang sangat menarik karena masyarakatnya plural dan mudah menerima hal baru yang positif. “Saya yakin peserta Medan ini akan mudah memahami konsep keluarga sakinah yang berspektif kesetaraan.” Selanjutnya Ibu Kustini juga menjelaskan bahwa peserta workshop juga dihadirkan dari non muslim yaitu dari penyuluh Kristen dan Budha. Harapannya  workshop ini bisa menambah wacana dan pengetahuan tentang keluarga sakinah bagi para peserta. (AJW)

 
Ketika Perwakilan Semua Agama Nginap di Rumah Kiai PDF Print Email

Tidak ada kekayaan keberagam di dunia ini sekuat Indonesia. Indonesia kaya akan keberagaman budaya, suku, bahasa dan agama. Namun sayang kekayaan keberagaman Indonesia diguncang oleh pernyataan Komisi HAM PBB bahwa Indonesia merupakan negeri yang tidak toleran.

Padahal sebenarnya praktik toleransi di Indonesia berjalan sangat kuat. Kalau pun ada praktik intoleran sesungguhnya tidaklah terlalu massif dan pelakunya pun hanya segelintir kelompok. Menjadi sangat massif karena faktor pemberitaan oleh media.

Demikian disampaikan Sekretaris PP Muhammadiyah Dr. Abdul Mu’ti. M.Ed, pada saat acara pembekalan peserta Interfaith Home Stay yang diselenggarakan Al Wasath Institute bekerjasama dengan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI pekan lalu di Jakarta.

 
Interfaith Home Stay, Memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika PDF Print Email

REPUBLIKA.CO.ID,  Tidak ada kekayaan keberagam di dunia ini sekuat Indonesia. Indonesia kaya akan keberagaman budaya, suku, bahasa dan agama.

Namun sayang kekayaan keberagaman Indonesia diguncang oleh pernyataan Komisi HAM PBB bahwa Indonesia merupakan negeri yang tidak toleran.  Sebenarnya praktik toleransi di Indonesia berjalan sangat kuat, kalau pun ada praktik intoleran sesungguhnya tidaklah terlalu massif dan pelakunya pun hanya segelintir kelompok. ''Menjadi sangat massif karena faktor pemberitaan oleh media,'' ujar Sekretaris PP Muhammadiyah, Dr Abdul Mu’ti MEd,  saat acara pembekalan peserta Interfaith Home Stay yang diselenggarakan oleh Al Wasath Institute bekerja sama dengan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI, di Jakarta.  Acara Interfaith Home Stay  telah dilaksanakan selama 4 hari 3 malam, mulai 8-11 Juni 2012 di Bogor, Jawa Barat.

 
Kesetaraan, Kunci dalam Membangun Keluarga Sakinah PDF Print Email

Palembang, 04/06 (Puslitbang 1) - “Untuk membangun keluarga sakinah diperlukan adanya prinsip kesetaraan, yaitu pengakuan kesemaan derajat, dan kesamaan penghargaan pada relasi semua anggota keluarga. Kesetaraan bukanlah diartikan bahwa suami dan istri sama dalam segala hal, karena memang tetap harus diakui ada hal-hal yang bersifat kodrati (ketentuan Tuhan yang tidak bisa dirubah) seperti perempuan itu bisa mengandung, melahirkan dan menyusui”. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat ketika membuka acara Workshop Pengembangan Wawasan Keluarga Sakinah Berperspektif Kesetaraan Bagi Penghulu, Penyuluh, dan Konsultan BP 4 di Kota Palembang Sumatera Selatan, 1 Juni 2012.

Dalam pembukaan  workshop ini hadir  sejumlah pejabat Kementerian Agama antara lain Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. DR. H. Machasin, MA, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D, Ka Kanwil Kemenag Prov. Sumsel Drs. H. Najib Haitami, MM, serta Ka. Kankemenag Kota Palembang Drs. H. Rosidin Hasan, M.Pd.I.

Kepala Badan Litbang dan Diklat juga menyampaikan bahwa Kepala KUA, penghulu, penyuluh dan konselor BP4 adalah tokoh utama dan ujung tombak dalam membangun keluarga sakinah di masyarakat. Mereka adalah elemen masyarakat yang selama ini banyak melakukan pembinaan perkawinan di masyarakat baik pra nikah, saat dan pascaperkawinan. Untuk itu workshop ini sangat penting dan strategis, karena disamping untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam pembinaan perkawinan, mereka juga harus terlebih dahulu dapat menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat dengan membangun keluarga sakinah yang menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan dalam hubungan baik antara sumi dan istri, atau antara orang tua dan anak.

Workshop di Palembang tersebut diselenggarakan atas kerjasama Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Perhimpunan Rahima, dan Kantor Kemenag Kota Palembang. Workshop ini berlangsung selama 3 hari, mulai 1 s.d. 3 Juni 2012 di Hotel Jayakarta Daira Palembang dihadiri oleh 30 peserta terdiri dari para Kepala KUA se-Kota Palembang, penghulu, penyuluh dan konselor BP4.

 
<< Start < Prev 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Next > End >>

JPAGE_CURRENT_OF_TOTAL
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.