HomeBeritageneral /  Masjid Memiliki Fungsi Yang Multi Dimensi
Masjid Memiliki Fungsi Yang Multi Dimensi PDF Print Email

Sambutan Kepala Badan selengkapnya sebagai berikut:

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Yang kami hormati:

Bapak Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia KH. DR.Tarmizi Taher beserta jajarannya, Para pemakalah,

Para pengurus takmir Masjid se-JABODETABEK yang dirahmati oleh Allah SWT,

Tamu undangan dan Peserta yang berbahagia.

            Mengawali sambutan ini, pertama-tama kami ingin mengajak kita semua untuk se­nantiasa me­man­jatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kua­sa, atas segala curahan nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga. Sebab, hanya atas karunia-Nya pula, pada hari ini, kita dapat berkumpul dan bersilaturrahim di di Hotel Sriwijaya di tempat yang sejuk berdekatan dengan Masjid Istiqlal, Masjid negara kebanggaan kita dalam rangka lokakarya untuk membahas pemberdayaan umat berbasis Masjid, sekaligus sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006.

Saudara-saudara yang kami hormati

            Beberapa bulan lalu Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI telah melakukan kegiatan Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural Intern Agama Islam di Nusa Tenggara Barat dan sebelumnya di Kalimantan Barat. Tahun ini sudah tahun kedua, tahun 2009 di dua Provinsi: Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Themanya adalah tentang pemberdayaan umat melalui Masjid.  Kegiatan ini diikuti oleh ormas-ormas Islam baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, termasuk pesertanya adalah dari Dewan Masjid Indonesia.

            Alhamdulillah pada kesempatan yang baik ini saya berkesempatan hadir untuk membuka acara yang diselenggarakan oleh Dewan Masjid Indonesia yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang telah berlangsung pada tanggal 12-14 Mei 2010 yang bertajuk “dialog dakwah untuk pemberdayaan umat berbasis masjid” kerjasama Balitbang Kemenag RI dengan PP DMI.

            Kita menyadari bahwa masjid bagi umat Islam Indonesia merupakan salah satu pilar untuk pembinaan umat dan bangsa kita. Menurut salah satu Founding Fathers negara kita, Bapak M. Natsir dalam khutbah Iedul Fitri tahun 1968 di Institut Pertanian Bogor, beliau berpesan agar generasi muda Islam khususnya kalangan mahasiswa dan cendikiawan muslim dapat memelihara aset dan pilar umat Islam seperti Masjid, Pesantren dan Perguruan Tinggi. Karena menurut beliau ketiga pilar inilah potensi umat Islam yang akan mampu memajukan bangsa kita kedepan.

            Masjid sejak Zaman Rasulullah SAW sudah memiliki fungsi yang multi dimensi. Pertama, sebagai tempat ibadah dalam arti khusus, seperti : Salat, zikir dan i’tikaf. Kedua sebagai tempat membina ukhuwah Islamiyah serta persatuan bangsa. Ketiga sebagai tempat taklim, pendidikan dan dakwah, dan yang keempat sebagai tempat untuk pemberdayaan umat dalam arti luas termasuk diantaranya pemberdayaan ekonomi dalam upaya pengentasan kemiskinan.

            Kalau kita melihat kilas balik sejarah, perkembangan ekonomi umat Islam di Indonesia mengalami pasang surut. Sejak berdirinya Syarekat dagang Islam 1905 oleh RM Tirtohadisuryo dan Haji Saman Hudi yang telah melakukan upaya membangun kerjasama ekonomi di kalangan pedagang pribumi yang pada zaman penjajahan Belanda dianggap sebagai warga negara kelas tiga, setelah bangsa Eropa dan Timur Asing (Arab, India dan Cina).

            Pada tahun 1912 Lahirlah Muhammaddiyah yang dilahirkan oleh KH Ahmad Dahlan yang terkenal dengan ucapannya:” jangan mencari hidup dari Muhammadiyah, tapi hidupilah Muhammadiyah”. Beliau selalu mengajarkan kepada muridnya agar mandiri secara ekonomi, untuk bisa menghidupi organisasi Muhammadiyah. Dan hasilnya cukup mencengangkan, karena 47% dari  total anggota Muhammadiyah saat itu terdiri dari saudagar (pedang); bandingkan dengan anggota dari pamong praja 18,1% dan Ustadz dan ulama yang hanya sekitar 12,1%.

            Komposisi seperti itulah yang membuat persyarekatan Muhammadiyah bisa mandiri di bidang ekonomi dan mampu mendirikan amal usaha berupa sekolah, panti asuhan, rumah sakit dll.

            Lalu pada tahun 1918 KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan teman seperguruan Ahmad Dahlan karena sama-sama menjadi santri dari KH. Saleh Darat dari Semarang; sebelum mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama tahun 1926 terlebih dahulu mendirikan Syirkah Al’inan semacam koperasi yang dimiliki oleh Nahdlatul Tujjar (kebangkitan para saudagar).

            Pada waktu itu KH. Hasyim berpidato dan mengatakan” Wahai putera bangsa yang cerdik pandai, ustadz yang mulia, mengapa kalian tidak mendirikan usaha ekonomi”. Dan pada tahun 1930 NU membuat program agar segenap jamiah NU memasang lambang NU untuk merk dagang pada setiap produknya seperti produk pakaian, sajadah, rokok dan sarung.

            Pada tahun 1950-1965 usaha ekonomi umat Islam sangat menonjol seperti adanya Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) yang mendorong usaha batik dan tenun di kota-kota seperti Solo, Jogja, Pekalongan, Cirebon, Majalaya dan Bandung. Bahkan pabrik-pabrik rokok seperti di Kudus, nama Haji Niti Sumito sangat terkenal.

            Beberapa contoh diatas cukup menunjukkan bukti bahwa ormas Islam dan lembaga Islam sangat perhatian terhadap pemberdayaan ekonomi umat.

Saudara-saudara yang kami hormati

            Tema kegiatan yang dilaksanakan oleh Dewan Masjid “pemberdayaan umat berbasis Masjid” adalah sangat tepat karena kita sangat mengenal masjid di Indonesia sangat mandiri, masjid di bangun oleh para jamaah oleh karena itu pengurus masjid hendaknya juga bebasis jamaah dan hal itu merupakan representasi dari jamaah tersebut.

            Masjid adalah institusi Islam yang sangat managable karena setiap Jumat selalu melaporkan uang masuk dan uang keluar sebagai pertanggung jawaban pengurus masjid, oleh sebab itu upaya pemberdayaan umat berbasis masjid adalah sangat strategis dan perlu didukung oleh kita semua.

            Alhamdulillah, Pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia juga melakukan kemitraan dengan BRI Syariah (seperti kita ketahui bahwa modal awal dari Bank Rakyat Indonesia adalah dana dari kas Masjid Agung Purwokerto).

            Disamping itu DMI juga menggandeng PT Jamsostek untuk pelayanan kesehatan bagi para imam, khatib, pengurus dan jamaah masjid.

Saudara-saudara pengurus/takmir masjid Se-JABODETABEK yang terhormat

            Akhirnya kami berharap agar upaya pemberdayaan ekonomi umat berbasiskan masjid yang menjadi program dari DMI merupakan titik awal untuk ikhtiar memakmurkan masjid karena upaya pemakmuran jamaah Masjid berarti pula memakmurkan masyarakat Islam dan sekaligus memakmurkan bangsa. Dan ini merupakan upaya kongkrit dari ormas-ormas Islam khususnya Dewan Masjid dalam rangka pengentasan kemiskinan. Dengan mengucap: Bismillahirrahmaanirrohim, acara ini secara resmi saya nyatakan dibuka.

Demikianlah sambutan ini kami sampaikan dan atas pengertiannya kami ucapkan terimakasih.

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.