HomeBeritageneral /  Kemenag Siapkan Solusi Tangkal Radikalisme
Kemenag Siapkan Solusi Tangkal Radikalisme PDF Print Email

Dalam kesempatan tersebut, hadir antara lain, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kemenag Asmu'i, Kepala Pusat Litbang Kehidupan Keagamaan Kemenag Prof Dr Abd Rahman Mas`ud, dan Kepala Pusat Litbang Pendidikan Agama Kemenag Dr Amin Haedari.

Menurut mantan Rektor UIN Wali Songo Semarang ini, kasus-kasus aliran atau paham keagamaan yang dinilai radikal dan menyimpang memang banyak bermunculan setelah masa reformasi.

Tapi, menurut Prof Abdul Djamil, kemunculan mereka merupakan bagian dari ekspresi, setelah di masa orde baru begitu lama aspirasinya terkekang. "Litbang memang tidak punya kapasitas melakukan pembenaran atau penyalahan. Kami hanya melakukan penelitian terhadap kasus-kasus aliran atau paham keagamaan aktual," katanya.

Paham Ekstrem

Hal sama dikemukakan Kepala Pusat Litbang Kehidupan Keagamaan, Prof Dr Abd Rahman Mas`ud PhD. Dia mengatakan, untuk membendung ekstremisme dan radikalisme, pihaknya sudah membuat sejumlah program sosialisasi budaya damai dalam rangkat mengantisipasi benih-benih terorisme dan radikalisme di masyarakat.

"Pada 2010, kami juga sudah membuat workshop nasional yang mengundang pesantren-pesantren di Indonesia serta membentuk 264 kader 'peace making' lintas agama di 12 provinsi dengan model bagaimana mengatasi konflik agama," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Litbang Pendidikan Agama Kementerian Agama Dr Amin Haedari mengatakan, potensi penyebaran pemikiran keagamaan yang eksklusif dan ekstrem lebih besar terdapat pada mahasiswa eksakta dibandingkan mahasiswa noneksakta.

"Hal itu merupakan hasil penelitian kuantitatif Badan Litbang Kemenag di 13 perguruan tinggi di Indonesia, seperti IPB dan UGM pada 2010 yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Asosiasi Dosen Agama," kata Amin.

Menurut dia, pemikiran keagamaan mahasiswa dari kalangan eksakta yang kaku dan merasa paling benar tampaknya dibentuk dan dipengaruhi oleh apa yang dipelajarinya tentang hukum alam yang bersifat pasti.

Sebaliknya, tutur dia, rekan-rekannya yang berasal dari noneksakta memiliki pemikiran keagamaan yang lebih fleksibel yang tampaknya dibentuk oleh apa yang dipelajarinya mengenai hubungan antarmanusia. Meski demikian, ucap Amin, pemikiran keagamaan yang ekstrem di kalangan mahasiswa bukan didapat dari mata kuliah yang mereka ambil, tetapi justru terkait dengan aktivitas mahasiswa di luar kampus, selain faktor latar belakang keluarga.
 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.