HomeBeritaKUB /  Merajut Simpul Perdamaian Di Kota Samarinda
Merajut Simpul Perdamaian Di Kota Samarinda PDF Print Email

Training dilaksanakan mulai tanggal 15 sampai 18 April 2010 bertempat di Hotel Bina Rahayu Jl. Ir. H. Juanda  Nomor 10 Samarinda. Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama pada pukul 16.00 waktu setempat. Acara pembukaan selain dihadiri oleh seluruh peserta juga dihadiri oleh Ketua FKUB Provinsi Kalimantan Timur yaitu K.H. Asmuni Ali, Ketua FKUB Kota Samarinda serta undangan lainnya.

TOT diikuti 22 orang peserta yang mayoritas adalah generasi muda, berlangsung dalam suasana yang serius tetapi dinamis dan  hampir tidak membosankan. Hal ini tidak mengherankan sebab acara didesain dengan pendekatan andragogi sehingga metode ceramah tidak mendominasi tetapi lebih banyak diskusi dan penyampaian pendapat oleh para peserta. Materi pokok seperti prinsi-prinsip PAR, penerapan PAR dalam konflik etno religius, maupun materi tentang analisis konflik etnoreligius disampaikan oleh dua fasilitator secara bergantian yaitu Prof. DR. Rusmin Tumanggor dan Ali Irvani. Keduanya merupakan tenaga ahli yang sengaja didatangkan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan untuk mensukseskan acara tersebut di Samarinda. Untuk menyegarkan suasana, setelah acara pemberian materi kemudian diselingi dengan ice breaking maupun permainan-permainan kecil lainnya.

Untuk lebih memahami materi atau substansi, para peserta dibekali buku Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius dengan Pendekatan Riset Aksi Partisipatoris. Buku tersebut secara khusus disusun oleh para penulis yang secara langsung akan menjadi instruktur atau fasilitator. Substansi  buku antara lain mencakup: Pemahaman tentang Participatory Action Research (Riset Aksi Partisipatif), dan Penerapan PAR dalam konflik etnoreligius. Terkait dengan penerapan PAR dalam konflik etnoreligius, sub materi yang dibahas antara lain mencakup di dalamnya analisis konflik etnoreligius, perencanaan partisipatif penanganan konflik etnoreligius, serta evaluasi dan refleksi kritis.

Para peserta mengaku memperoleh pelajaran berharga dari kegiatan ini.  Beberapa lesson learn yang bisa diambil dari keikutsertaan dalam kegiatan ini adalah bisa menjalin persahabatan dengan berbagai kelompok agama. Sebagaimana diketahui, sesuai dengan tujuan kegiatan ini, maka peserta yang diundang  terdiri atas semua kelompok agama yang ada yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Dilihat dari aktivitas kesehariannya, mereka ada yang berstatus mahasiswa, pengurus LSM, pimpinan organisasi  pemuda, guru, pengusaha, maupun  pegawai negeri.

Peserta lain memberi pendapat tentang TOT tersebut dalam ungkapan sebagai berikut: “Materi yang disampaikan dalam training ini sangat menarik. Kami memperoleh wawasan dan pengetahuan baru, yang berbeda dari yang sudah sering kami ikuti. Kami yakin, kegiatan seperti ini akan menjadi salah satu simpul perdamaian di Kota Samarinda. Untuk itu kami berharap kegiatan ini akan terus dilakukan di berbagai tempat seperti perguruan tinggi, ormas-ormas pemuda, maupun di berbagai kelompok agama. Dilihat dari lokasi, kegiatan ini harus dilaksanakan di berbagai kabupaten dan kota. Setiap satu kegiatan kita akan anggap sebagai satu titik yang akan bergabung dengan titik-titik lainnya sehingga akan membentuk satu garis. Garis itulah yang kita anggap sebagai perekat kehidupan masyarakat di Kalimantan Timur”. 

Sebagai rencana tindak lanjut dari kegiatan training ini, para peserta  menyusun proposal PAR yang akan dilaksanakan sekitar bulan Mei-Juni. Ada 4 (empat) proposal yang berhasil disusun  dengan tema sebagai berikut: (1) Antisipasi Konflik Pendidikan Agama bagi Pemeluk Agama Lain (Khonghucu, Buddha, dan Kristen) di SD Katolik; (2) Indahnya  Kebersamaan dan Kedamaian di SMA Katolik: Perencanaan Pelaksanaan PAR di Kota Samarinda: (3) Satu untuk Semua: Penggunaan Tempat Ibadat di Klenteng Thian Gie Khong; dan (4) Jembatan  Perdamaian: Penggunaan Rumah Ibadat Pura Trimurti di Desa  Kec. Palaran Kota Samarinda.

Kepala  Kanwil Kementerian Agama  sebagai salah satu unsur yang ikut  berperan dalam menciptakan kerukunan umat beragama, menganggap training seperti ini sangat penting. “Meskipun di Kalimantan Timur ini relatif aman, tetapi kondisi ini bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Ada peran pemerintah, tokoh agama, maupun masyarakat yang bersinergi untuk mengkondisikan kerukunan. Pemuda sebagai salah satu unsur dalam masyarakat juga diharapkan dapat berperan maksimal”. Demikian ungkapan Kakanwil di rung kerja beliau ketika berbincang dengan Dra. Kustini, M. Si. Kepala Bidang  Penyelenggaraan Penelitian.   

Kegiatan ditutup secara resmi oleh Kepala Bidang  Penyelenggaraan  Penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan pada hari Minggu tanggal 18 April 2010. Sambutan penutupan Prof. DR. Rusmin Tumanggor  mengungkapkan bahwa para peserta sebagai pemuda laksana bunga yang siap menyejukkan suasana bagi bagi penciptaan kerukunan di Kota Samarinda. Sementara itu, salah seorang peserta yang diberi kesempatan untuk menyampaikan kesannya menyatakan apresiasinya kepada Prof. DR. Rusmin Tumanggor dan  memanggil beliau dengan sebutan “professor etnoreligius”. Drs. H. Nabhan  Kasubbag Humas dan KUB sebagai Ketua Panitia mengungkapkan bahwa pihaknya siap untuk  menindaklanjuti kegiatan ini dalam bentuk PAR yang akan dilakukan di empat lokasi. Kepala Bidang Penyelenggaraan Penelitian atas nama Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan mengungkapkan beberapa agenda penting sebagai kelanjutan dari kegiatan ini. Agenda terdekat adalah para alumni TOT akan melakukan PAR di empat titik di Kota Samarinda. Jika semua pihak sudah memiliki tekad yang sama untuk menciptakan perdamaian, maka kehidupan harmoni yang telah lama terjalin di Kota Samarinda akan menjadi sesuatu yang terus terpelihara. Semoga.  (ks).
 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.