HomeBeritaKUB /  Minimnya Pemahaman Agama Dapat Melahirkan Sikap Intoleran
Minimnya Pemahaman Agama Dapat Melahirkan Sikap Intoleran PDF Print Email

Jakarta, 28/12 (Puslitbang 1) - “Untuk tumbuhnya sikap toleran, dibutuhkan 3 prasyarat: Kedalaman pengetahuan, berorientasi pada nilai kemanusiaan, dan wawasan kebangsaan”, demikian disampaikan Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Dr. Phil. Nur Kholis Setiawan dalam semiloka "Mengatasi Problem Kerukunan dalam Berdakwah di Jakarta", Rabu (28/11). Beliau menjelaskan bahwa sikap ekslusif, intoleran, dan radikal biasanya lahir dari minimnya pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi. “Keluasan wawasan dan pengetahuan para ulama terdahulu telah melahirkan banyak karya yang menunjukkan kedalaman ilmu dan sikap keagamaan yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan”, demikian ujar Nur Kholis.

Semiloka ini merupakan hasil kerjasama Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dengan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia.

Ketua Umum PBNU KH. Said Agil Siroj, yang hadir menyampaikan keynote speech mengatakan “Pada tahun 1914, Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari sudah mengenalkan istilah ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah, keduanya bagi umat Islam harus dipahami dan diamalkan secara seimbang dan saling melengkapi". Apa yang dikemukakan KH. Hasyim Asy’ari ini menurutnya adalah gagasan yang luar biasa, sebab saat itu Indonesia belum menjadi sebuah negara yang merdeka namun ia sudah mengkampanyekan sebuah wawasan kebangsaan. Selanjutnya KH. Said Agil Siroj mengungkapkan bahwa cinta tanah air itu dalam rangka mengamalkan ajaran Islam. "Ketika kita berjuang demi Negara maka berarti juga berjuang untuk Islam, demikian juga sebaliknya,” cetusnya. Kyai Said menambahkan, dalam berdakwah untuk membangun tanah air, para dai jangan ketika menyampaikan materi dakwah jangan hanya berkisah tentang surga dan neraka, tentang pahala dan dosa saja. Menurutnya, Islam adalah tidak hanya aqidah dan syari’at saja, tapi Islam adalah agama ‘ilm (pengetahuan), tsaqafah (peradaban), adab (budaya), hadloroh, tamaddun (kemajuan), dan insaniyah (kemanusiaan).

Hadir sebagai narasumber dalam semiloka ini adalah Prof. Dr. Phil. Nur Kholis Setiawan (Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan), Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D, KH Zakky Mubarok (Ketua PP LDNU), Bhikku Dhammasubo dari unsur agama Budha, serta Fathuri SR (Manager Penelitian dan Kajian PP Lakpesdam NU).

Menurut ketua panitia yang juga wakil sekretaris PP LDNU, H Syaifullah Amin, semiloka ini diikuti oleh lima puluh peserta yang terdiri dari unsur-unsur perwakilan lintas agama dan perwakilan-perwakilan ormas Islam dan peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan. (AJW)

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.