HomeBeritaKUB /  Ketika Perwakilan Semua Agama Nginap di Rumah Kiai
Ketika Perwakilan Semua Agama Nginap di Rumah Kiai PDF Print Email

Acara Interfaith Home Stay dilaksanakan selama 4 hari 3 malam, mulai 8-11 Juni 2012 di daerah Bogor.

Direktur Eksekutif Al Wasath Institute, Faozan Amar, dalam pengantar pertemuan menyatakan metode home stay dipilih sebagai cara untuk menghapuskan kesan formal dialog antarumat beragama yang selama ini telah banyak dilakukan. Melalui home stay, Faozan mengharapkan baik peserta maupun tuan rumah yang dijadikan lokasi menginap, peserta bisa berdialog secara santai dan bisa berbicara dari hati ke hati tentang isu karakter umat beragama dan ajaran masing-masing agama.

Peserta Interfaith Home Stay berjumlah 36 orang dengan perincian 6 orang dari Islam; 6 orang dari Katholik; 6 orang dari Hindhu; 6 orang dari Budha; dan 6 orang dari Konghucu; dan berusia antara 23-40 tahun yang merupakan aktifis organisasi keagamaan. Sedangkan tuan rumah yang menjadi lokasi home stay pun mewakili unsur agama sesuai kelompok agama setiap peserta.

Faozan juga menambahkan bahwa program Interfaith Home Stay merupakan kegiatan awal. Kegiatan akan berakhir dengan penyusunan modul membangun toleransi dengan pendekatan home stay. Sebelum modul didistribusikan kepada publik, akan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tokoh lintas agama.

Sementara itu, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D mengatakan bahwa program Interfaith Home Stay ini merupakan pertama kali digelar di Indonesia. "Sebagai pilot project, mudah-mudahan akan mendapatkan formula yang tepat dalam melaksanakan program berikutnya," ungkapnya.

Karena itu, ia berharap para peserta Interfaith Home Stay dapat mengikuti acara ini dengan sungguh-sungguh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Tokoh agama Hindu yang menjadi tuan rumah Interfaith Home Stay di Bogor, Made Soewecha, merasa sangat senang dengan digelarnya kegiatan tersebut. "Seumur-umur baru kali ini kami kedatangan tamu yang berasal dari enam agama yang berbeda. Sehingga kami dapat berinteraksi satu sama lain dengan penuh kekeluargaan," ujarnya yang juga pengusaha peternakan sapi.

Hal senada juga dikemukakan KH. Muhyidin Junaidi, MA, yang juga menjadi tuan rumah program Interfaith Home Stay. "Acara ini bagus, karena akan memperkaya pengalaman dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan. Apalagi dilakukan dengan santai dan penuh kekeluargaan, ujar ketua MUI Pusat ini.

Rangkaian program Interfaith Home Stay diawali dengan pembekalan dan pelepasan peserta secara simbolis oleh Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI. Kemudian dilanjutkan dengan home stay selama 3 hari 2 malam di rumah warga di daerah Bogor, serta kunjugan ke tempat ibadah dari masing-masing tuan rumah.

Dan dilanjutkan dengan paparan hasil Interfaith Home Stay oleh masing-masing peserta, serta evaluasi dan perumusan hasil-hasil mengikuti program-program tersebut.

Salah seorang peserta Interfaith Home Stay dari agama Konghucu, Wahyudi, mengemukakan, "Sebagai minoritas, kami merasa sangat dihargai dan diperlakukan sejajar dengan teman-teman yang berasal dari agama lain. Karena itu, program ini layak untuk dilanjutkan," ujarnya saat memberikan pesan dan kesan setelah mengikuti acara (Senin 11/6).

Diharapkan, semoga langkah kecil dan konkret ini semakin memperkokoh Bhineka Tunggal Ika, yang telah disepakati sebagai semboyan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.