HomeBeritaKUB /  Interfaith Home Stay, Memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika
Interfaith Home Stay, Memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika PDF Print Email


Faozan Amar, direktur Eksekutif Al Wasath Institute, mengatakan, metode home stay dipilih sebagai cara untuk menghapuskan kesan formal dialog antarumat beragama yang selama ini telah banyak dilakukan. Melalui home stay, kata Faozan, para peserta bisa berdialog secara santai dan bisa berbicara dari hati ke hati tentang isu karakter umat beragama dan ajaran masing-masing agama. Peserta Interfaith Home Stay berjumlah 36 orang, terdiri dari 6 perwakilan Islam, 6 Katholik, 6 Hindhu, 6 Buddha, dan 6 Konghucu. Para peserta berusia antara 23-40 tahun yang merupakan aktivis organisasi keagamaan. Sedangkan tuan rumah yang menjadi lokasi home stay pun mewakili unsur agama sesuai kelompok agama setiap peserta. Faozan menambahkan program Interfaith Home Stay merupakan kegiatan awal, kegiatan akan berakhir dengan penyusunan modul membangun toleransi dengan pendekatan Home Stay. Sebelum modul akan didistribusikan kepada publik akan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tokoh lintas agama.

Prof H Abd Rahman Mas’ud PhD, kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI, mengatakan, program Interfaith Home Stay merupakan  yang pertama di Indonesia. “Sebagai pilot project mudah-mudahan akan mendapatkan formula yang tepat dalam melaksanakan program berikutnya,” ujarnya. Ia berharap para peserta Interfaith Home Stay dapat mengikuti acara ini dengan sungguh-sungguh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Made Soewecha, tokoh agama Hindu yang menjadi tuan rumah Interfaith Home Stay di Bogor merasa sangat senang. “Seumur-umur baru kali ini kami kedatangan tamu yang berasal dari enam agama yang berbeda. Sehingga kami dapat berinteraksi satu sama lain dengan penuh kekeluargaan,'' ujar pria yang juga pengusaha peternakan sapi. Hal senada juga dikemukakan oleh KH Muhyidin Junaidi MA, yang juga menjadi tuan rumah program Interfaith Home Stay. “Acara ini bagus, karena akan memperkaya pengalaman dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan. Apalagi dilakukan dengan santai dan penuh kekeluargaan,” ujar ketua MUI Pusat itu.

Rangkaian program Interfaith Home Stay diawali dengan pembekalan dan pelepasan peserta secara simbolis oleh Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI. Kemudian dilanjutkan dengan home stay selama 3 hari 2 malam di rumah warga di daerah Bogor, serta kunjugan ke tempat ibadah dari masing-masing tuan rumah. Dan dilanjutkan dengan paparan hasil Interfaith Home Stay oleh masing-masing peserta, serta evaluasi dan perumusan hasil-hasil mengikuti program-program tersebut.

Wahyudi, salah seorang peserta Interfaith Home Stay dari agama Konghucu mengemukakan ”Sebagai minoritas, kami merasa sangat dihargai dan diperlakukan sejajar dengan teman-teman yang berasal dari agama lain”.  Ia menilai program ini layak untuk dilanjutkan. ''Semoga langkah kecil dan konkret ini semakin memperkokoh Bhineka Tunggal Ika, yang telah disepakati sebagai semboyan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,'' ujar Faozan Amar.

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.