Membangun Kesetaraan dalam Keluarga di Kota Gurindam |
Buah langsat rasanya kelat Workshop kali ini merupakan yang kelima yang dilaksanakan Puslitbang Kehidupan Keagamaan bekerja sama dengan Perhimpunan Rahima. Workshop terkait dengan pemeliharaan keutuhan keluarga merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tugas dan fungsi Puslitbang Kehidupan Keagamaan dalam bidang kajian Pelayanan Keagamaan. Workshop kali ini memiliki makna tersendiri karena dilaksanakan di wilayah “seribu pantun”, hampir setiap peserta ketika akan menyampaikan paparan (hasil diskusi kelompok, bahkan sebelum ketika membaca doa, misalnya) dimulai dan diakhiri dengan pantun. Peserta workshop yang berjumlah 30 orang terdiri atas unsur penghulu, penyuluh maupun konselor BP4. Selain itu, ada juga peserta yang mewakili unsur agama Buddha dan Katolik yang diharapkan dapat memperkaya sharing pengalaman mengenai persiapan atau pendidikan pra perkawinan. Dalam Workshop terungkap kearifan lokal Provinsi Riau Kepulauan yang sejalan dengan konsep keluarga sakinah perspektif kesetaraan. Kearifan lokal tersebut berasal dari gurindam yang menjadi icon kota ini. Tigaratus tahun lalu Raja Ali Haji sudah menggambarkan relasi dalam keluarga antara ayah, ibu dan anak yang harmonis dalam Gurindam pasal kesepuluh. Selain Gurindam, Provinsi Riau Kepulauan juga memiliki seorang pahlawan perempuan yaitu Engku Putri. Nama aslinya adalah Raja Hamidah yang berjuang tidak dengan kekerasan melainkan dengan teguh menjaga harga diri bangsa saat terjadi konflik perebutan kekuasaan antar anak-anaknya yang ditunggangi penjajajah Inggris. Workshop ini menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa (POD). Semua peserta dianggap sebagai guru atau narasumber, sementara fasilitator hanya bertugas untuk menggali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta. Untuk mendapatkan pemahaman yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, para peserta diajak untuk memahami metodologi kajian teks-teks Islam. Teks-teks agama yang dikesankan kurang berpihak pada perempuan, harus dibaca sesuai dengan konteksnya dan ditafsirkan kembali sehingga sejalan dengan semangat kesetaraan dan keadilan. Dua narasumber yaitu Dr.Hj. Nur Rofiah dan K. Imam Nakhai beserta fasilitator Neng Hannah dan AD.Kusumaningtyas mendampingi para peserta dalam proses belajar bersama ini. Berbagai metode digunakan dalam penyajian materi, selain ceramah dan dialog, para peserta juga diajak untuk melakukan diskusi kelompok, menonton film, role play, dan sebagainya. Beragam metode ini digunakan agar terjadi suasana serius tapi santai. Tetap berkonsentrasi pada penyerapan substansi, tanpa harus menguras energy. Di akhir sesi para peserta diajak untuk merumuskan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dilakukan pasca workshop baik dalam kapasitas mereka sebagai pribadi maupun terkait komitmen mereka sebagai penghulu, penyuluh, maupun konselor BP4 dalam membangun keluarga-keluarga Indonesia yang “sakinah” . Workshop ditutup pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau Drs. H. Handarlin Umar. |