HomeBeritaKUB /  Majelis Agama Perlu Bersatu Majukan Bangsa
Majelis Agama Perlu Bersatu Majukan Bangsa PDF Print Email

Ajaran Sunan Kudus tentang kerukunan beragama perlu dijadikan model yang ideal. Pancasila sebagai dasar negara menjadi tali yang merekatkan semua umat beragama. Merajut kerukunan beragama tidak mudah. Sebab kerukunan umat beragama itu terkait dengan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya.

“Selain itu perlu ada kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, kata Prof H Abdurrahman Mas'ud MA PhD, Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag RI.

Pemerintah, lanjut Rahman, mengarahkan kebijakan pada peningkatan kualitas kerukunan umat beragama dengan dua strategi. Yakni memberdayakan masyarakat, kelompok-kelompok agama, serta pemuka agama untuk menyelesaikan sendiri masalah kerukunan umat beragama (KUB) dan memberikan rambu-rambu dalam pengelolaan kerukunan umat beragama.

Untuk mewujudkan itu, majelis-majelis agama sangat perlu untuk saling berkoordinasi memajukan bangsa yang terhindar dari konflik”, tegas Rahman.

Problem Masyarakat

Problem kerukunan di Indonesia selalu menjadi perbincangan yang tidak selesai diperbincangkan. Perlu ditata format pengajaran agaram yang dilakukan oleh juru siar agama agar tidak disalahpahami bahwa Indonesia bukan negera yang dimiliki satu agama, ungkap, Prof Mudjahirin Thahir MA, Dosen Antropologi Universitas Diponegoro.

Ditambahkan, seyogyanya agama diajarkan pada masyarakat agar tahu jika realitas masyarakat itu plural, sehingga para penyiar agama, tidak saja tahu makna di balik teks-teks agama (alquran dan al hadits) tetapi juga tahu teks-teks sosialnya. Setiap interaksi sosial pasti memiliki kecenderungan  timbulnya konflik”, kata Dr Abu Hapsin MA, Ketua FKUB Jateng.

Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, misalnya perasaan tidak dihargai, perasaan jengkel karena diberlakukan tidak adil, cemburu, iri, kecewa dan sebagainya.

Langkah strategis dalam menciptakan romantisme agama adalah dengan membimbing masyarakat agar pemahaman keagamaan mereka selaras dengan wawasan kebangsaanIndonesiadanselalu berkoordinasi dengan aparat terkait untuk melakukan langkah-langkah antisipatif dan preventif, lanjut Abu Hapsin

 
Copyright © 2024. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.