Pengembangan Wadah Kerukunan dan Ketahanan Lokal : Pondasi Pemeliharaan Kerukunan Umat di Bima |
![]() |
![]() |
![]() |
Sementara itu, Kasubbag TU Kankemenag Kab. Bima dalam sambutannya mewakili Kepala Kankemenag mengatakan bahwa di Bima dirasakan tidak ada konflik antarumat beragama, melainkan lebih mengarah kepada konflik sosial, semisal konflik antar kampung/desa akibat hiburan organ tunggal, maupun konflik antar calon pemimpin daerah. Namun, konflik sosial yang sepele bisa menjadi besar akibat dimanfaatkan oleh kepentingan ekonomi dan politik. Oleh karena itu Kemenag Bima telah menginisiasi pertemuan untuk mencoba menganalisis akar permasalahan konflik yang kerap terjadi, mengingat Bima dulunya dikenal sangat rukun dan relijius. Mayoritas masyarakat Donggo sangat religius dalam kehidupan masyarakatnya, hal ini disebabkan aspek sejarah. Bima dahulunya merupakan kerajaan Islam, yang sebelumnya dibawah kekuasaan raja Hindu. “Kondisi sekarang berubah sehubungan era globalisasi dan keterbukaan yang berdampak dari budaya luar. Keberadan wadah kerukunan yang merupakan perwakilan unsur-unsur agama yang ada, dalam bentuk apapun nama dan bentuknya menjadi sangat diperlukan untuk menangkal terjadinya konflik. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan wadah kerukunan dan ketahanan lokal yang diselenggarakan ini direspon positif dan dinilai sangat tepat”, ujar Fathurrahman. Sementara Drs. Haidlor Ali Ahmad, MM , Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan memaparkan hasil penelitiannya mengenai potensi konflik dan kerukunan di Bima yang antara lain bahwa di kecamatan Donggo terdapat kearifan lokal Maja Labo Dahu (merasa malu dan takut pada perbuatan yang salah), Mbolo weki (musyawarah bersama) yang menjadi faktor pendukung kerukunan. Sementara beberapa hal yang ditengarai dapat menjadi potensi konflik antara lain: pemanfaatan rumah tinggal sebagai tempat ibadat, keberadaan tempat penjualan miras di lingkungan warga Muslim serta perkawinan beda agama. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 November 2012, dan diikuti oleh 40 orang peserta terdiri dari berbagai tokoh agama, masyarakat, adat, di Kec. Donggo Bima. Sejumlah nara sumber dihadirkan dalam kegiatan ini yaitu Drs. H. Bashori A. Hakim, M. Si, Drs. H. Haidlor, MM, serta jajaran terkait dari Kab. Bima mencakup Kesbangpollinmas, Kankemenag, MUI Kec. Donggo, Tokoh Agama Kristen dan Katolik dan Ketua Adat dari Kab. Bima. (AK, RNF) |